ilmu budaya dasar

Posted: Wednesday, October 26, 2011 | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar
MEMBOLOS sekolah bagi sebagian pelajar sepertinya sudah tidak asing lagi ,bahkan sangat sudah menjadi hal yang wajar untuk para pelajar. absen di sekolah pun sudah bukan menjadi sesuatu hal yang penting..
berbagai alasan para pelajar membolos, diantaranya
1. kesiangan
2. tidak suka tehadap pelajaran atauguru pada hari itu
3. ikut ajakan teman
4. belum mengerjakan tugas pada hari yang bersangkutan
5. dan masih banyak lagi..
pada dasarnya pikiran pelajar yang memebolos itu hanya pada saat itu saja tanpa berfikir panjangatau akibat dy memebolos..
dan tempat para pelajar yang memebolos pun bermacam-macam, diantaranya
1. tamanbermain
2. tempat rental PS atau warnet
3. mall ataugedung bioskop
4. pinggir jalan yang biasanya digunakan untuk tempat nonkrong
5. warkop,dll
alhasil bagi plajar yang membolos hanya mendapatkan kesenangan pada hari yang bersangkutan saja. membolos pun hanya menghabiskan uang dan yang pasti mebuat orang tua KECEWA!! 
Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar
Di Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki beragam pula termasuk di dalamnya prosesi pernikahan.
Adat Jawa misalnya. Kebanyakan orang hanya mengenal proses siraman dan midodareni. Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan njelimet, tak ada salahnya kan jika Anda mengenal lebih jauh prosesi pernikahan adat Jawa.
Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan Siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul.
Ada 7 Pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari 7 mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes yang kemudian memecahkan kendi.
Beranjak malam, acara dilanjutkan dengan Midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara Midodareni yang digelar di kediaman perempuan ini, ada acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kabul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih di hari berikutnya.
Upacara Panggih
Usai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, di mana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemu pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan :
1. Balangan suruh
Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan
2. Wiji dadi
Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya.
3. Pupuk
Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.
4. Sinduran
Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga.
5. Timbang
Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya.
6. Kacar-kucur
Kacar-kucur yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah.
7. Dahar Klimah
Saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maupun senang.
8. Mertui
Orangtua mempelai perempuan menjemput orangtua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara.
9. Sungkeman
Kedua mempelai memohon restu dari kedua orangtua.

Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar
Budaya Debus Banten. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.
Budaya Debus Banten. Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan. Budaya Debus Banten.
Budaya Debus Banten. Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.

Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar
mendengar kata MENYONTEK sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita , menyontek seprtinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar.padahal menyontek akan menghilangkan rasa percaya diri siswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri akan kemampuan diri luntur sehingga semangat belajar jadi hilang. Siswa akan terkungkung oleh pendapatnya sendiri, yang merasuki alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak bisa dengan belajar, tapi menyontek.
Anehnya perbuatan contek menyontek dikalangan pelajar sampai saat ini masih saja ada, tidak pernah terdengar ada sanksi, skorsing, pengurangan nilai atau pembatalan kenaikan kelas bagi siswa-siswi yang ketahuan menyontek dalam ulangan. Tidak pernah ada dalam rapat orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, dan pembina pendidikan membicarakan masalah menyontek, sekolah seakan menutup diri, seolah-olah semua siswa-siswinya bersih dalam praktek menyontek. Satu hal lagi yang merugikan para siswa adalah sistem penilaian guru sangat subyektif, kebanyakan menilai jawaban siswa saja, tanpa melihat proses bagaimana ia mendapatkan nilai tersebut, sehingga menimbulkan kerugiaan tidak hanya pada siswa yang pintar tetapi juga pada siswa yang malas. Jika ini terus dibiarkan saja oleh kita sebagai guru, orang tua murid, pemerhati pendidikan, pejabat pemerintah dan semua komponen masyarakat lainnya, maka dunia pendidikan tidak akan maju, malahan menciptakan manusia tidak jujur, malas, yang cenderung mencari jalan pintas dalam segala sesuatu dan akhirnya menjadi manusia yang menghalalkan segala cara untukmencapai tujuan yang diinginkannya.
Menurut, Dien F. Iqbal, dosen Fakultas Psikologi Unpad, seperti yang dikutip Rakasiwi (2007)dalam irawati orang menyontek disebabkan faktor dari dalam dan di luar dirinya. Dalam ilmu psikologi, ada yang disebut konsep diri dan harga diri. Konsep diri merupakan gambaran apa yang orang-orang bayangkan, nilai dan rasakan tentang dirinya sendiri. Misalnya, anggapan bahwa, “Saya adalah orang pintar”. Anggapan itu lalu akan memunculkan kompenen afektif yang disebut harga diri. Namun, anggapan seperti itu bisa runtuh, terutama saat berhadapan dengan lingkungan di luar pribadinya. Di mana sebagai kelompok, maka harus sepenanggungan dan senasib. Senang bersama, duka mesti dibagi.

Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar

BUDAYA MENGANTRI

Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu menemui yang namanya mengantri, entah dalam hal pekerjaan maupun dalam hal rumah tangga. Dalam kegiatan belajar mengajar hal tersebut juga sering di temui.
Tanpa kita sadari mengantri sudah menjadi budaya yang tidak lepas dari kehidupan kita. Mengantri membantu kehidupan kita menjadi teratur dan nyaman. Bayangkan saja bila di dunia ini tidak dikenal mengantri, pasti kehidupan pun tidak akan teratur dan tidak nyaman.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari mengantri, contohnya dalam mengantri di lampu merah dan mengantri masuk ke dalam kereta.
Tapi bila kita lihat dalam kehidupan nyata sekarang ini budaya mengantri sudah mulai di tinggalkan dan tidak di pedulikan oleh masyarakat sekaramg ini. Sering kita lihat di lampu merah banyak motor dan mobil yang berlomba – lomba ingin segera melewati lampu merah tersebut, malah kadang ada kendaraan bermotor yang tidak sabar dan menerobos lampu merah tersebut. Lalu bila kita lihat dalam penagntrian pembagian zakat, budaya mengantri sudah seperti di lupakan, bahkan ada beberapa yang mati karena di injak – injak karena tidak diindahkannya budaya mengantri.
Bagaimana manusia bisa kalah kebudayaannya dengan semut yang selalu mengantri, padahal bila di pelajari manusia mempunyai otak yang lebih pintar daripada semut, mungkin semakin pintarnya manusia tersebut maka tidak ada lagi yang ingin mengantri dan ingin menang sendiri. Padahal hal – hal yang merugikan dan tidak nyaman sering di sebabkan oleh orang – orang yang tidak mau mengantri.
Sebenarnya bila kita mengantri maka banyak hal – hal positif yang bisa di ambil, contohnya berkurangnya kemacetan yang terjadi di jakarta, tidak adanya korban jiwa pada saat mengambil zakat, dan berkurangnya korban meninggal di jalan – jalan kota.


Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: Tuesday, October 18, 2011 | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar
Mirip film-film zaman kerajaan yang selalu menyuguhkan perang keroyokan. Adu fisik, dengan senjata seadanya, kemudian turun kejalan, dan melakukan aksi pengeroyokan terhadap kelompok lain yang diangap sebagai musuh. Atau dalam bahasa kerennya 'tawuran' , -cara ini banyak dijadikan sebagai solusi mengatasi persoalan. Ketika ingin memerdekakan Demak dari kekuasaan Majapahit, pasukan joko tingkir dengan semangat 'tawuran' akhirnya maju tanpa takut akan terluka ataupun mati. Akhirnya Demak Bintoro bediri sebagai kerajaan sendiri. Sepertinya kisah tawuran dan kekerasan tak berhenti disitu saja. Bahkan mungkin sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia hingga masa kini. Entah, siapa yang harus disalahkan. Hidup sepertinya hanya menjadi ajang untuk adu kekuatan, tanpa kita tahu apa yang dibelanya, apa yang diperjuangkannya..Masalah ini cukup kronis mendera bangsa kita. Tawuran sepertinya dijadikan satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan.
Hampir setiap minggu, media massa menyodorkan kepada kita tentang masalah sosial tersebut. Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Segala masalah yang tidak bisa dilakukan dengan cara damai, jawabannya pasti dengan tawuran. Bahkan bukan hanya pelajar atau warga saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak atau elektronik, akan tetapi aparat pemerintah pun sepertinya tidak ingin ketinggalan pula.
contoh nya tawuran antar pelajar yang di sebabakan hanya karna masalah spele yang harus nya bisa dselesaikan dengan cara damai ada pula hanya karena ejek-ejekan.itulah potretan dari berbagai banyaknya budaya di indonesia .


Keep Reading...

ilmu budaya dasar

Posted: | Diposkan oleh Ardiansyah Ramadhan | 0 komentar

Menurut Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Setiap manusia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda itu di sebabkan mereka memiliki komunitas tersendiri di wilayahnya sehingga apabila kita amati manusia di belahan dunia manapun memiliki kebudayaannya masing-masing tak terkecuali di indonesia yang memiliki banyak keberagaman budaya.Perbedaan kebudayaan ini sangatlah wajar karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut
contohnya adalah budaya betawi yang memiliki kesenian ondel-ondel dan tanjidor,sampai saat ini pun masyarakat asli betawi bahkan masyarakat dari luar betawi pun masih melestarikannya kebudayaan tersebut.bahkan ada pula yang melestarikannya dengan cara menampilkan kebudayaan tersebut di tempat-tempat pameran bahkan di acara pernikahan menurut adat betawi. Sampai saat ini pun kebudayaan tersebut masih melekat di tengah keramaian kota Jakarta.Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.




Keep Reading...